Jumat, 10 Oktober 2014

Belajar dari Embro dan Pipo

Sebuah motivasi dan inspirasi yang dahsyat! Kisah ilustrasi dengan tokoh kartun bernama Embro dan Pipo.

Embro dan Pipo adalah dua orang lelaki yang memiliki impian yang sama. Mereka berdua sama-sama berambisi ingin menjadi orang terkaya di desa mereka. Suatu hari, seseorang menawarkan pekerjaan kepada mereka. Pekerjaannya adalah mengangkut air dengan ember dari sumber air di pegunungan menuju desa. Jalan yang berkelok-kelok dan panjang menjadi tantangan bagi mereka. Tapi dengan itu ambisi dan impian mereka akan mungkin saja terjadi.
Jadilah setiap hari Embro dan Pipo membawa dua buah ember berisi air penuh dari pegunungan menuju desa. Upah ditentukan sesuai berapa banyak air yang diangkut dalam ember.
Hari demi hari berlalu, keduanya mulai memikirkan cara yang mereka kira lebih mudah, praktis namun menghasilkan uang yang lebih banyak. Embro memutuskan untuk mengganti ukuran embernya agar
air yang diangkut bisa lebih banyak. Ia juga semakin merutinkan pekerjaannya agar impiannya untuk memiliki seekor sapi dan rumah megah baru segera terwujud.
Sedangkan Pipo, lelaki yang memiliki tubuh lebih kecil dan lebih kurus dibandingkan Embro itu memikirkan cara yang jauh berbeda dari temannya. Setelah berpikir keras, ia memutuskan untuk membuat saluran pipa yang kelak akan mengalirkan air dari pegunungan menuju desa. Dengan begitu ia tak perlu lagi mengangkat air sedikit demi sedikit, karena hal tersebut akan menyita banyak waktunya. Namun mewujudkan itu tidaklah mudah. Ia harus berjuang keras mulai dari menggali tanah hingga memasang pipa. Apalagi ia harus mengerjakan itu sendirian.

Hari, bulan bahkan tahun semakin beranjak. Kerja keras Pipo belum menampakkan hasilnya. Orang-orang mulai mencemoohnya. Namun ia tetap bekerja, tak peduli pada apapun, karena ia sudah yakin kerasnya ini pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan. Dan dengan itu ia tak perlu menelantarkan keluarganya, tak seperti Embro yang setiap hari masih tetap mengangkut air dari gunung menuju desa menggunakan ember. Ya, uangnya memang lebih cepat mengalir.
Tak berapa lama akhirnya Embro dapat mewujudkan impiannya untuk membeli seekor sapi dan rumah. Namun setelah semua terwujud, sisa hartanya justru mendorongnya untuk bersenang-senang di bar-bar diskotik. Malam hari ia habiskan untuk bemabuk-mabukan. Akhirnya pagi hari ia tak mampu bekerja lagi.
Sementara itu kerja keras Pipo mulai menampakkan hasilnya. Sebuah saluran pipa gagah akhirnya berdiri tegak mengalirkan air dari pegunungan menuju desa tanpa henti. Kini Pipo tinggal menikmati hasil kerja kerasnya. Setial saat, setiap waktu, saat ia terjaga maupun terlelap, ia tetap mendapatkan uang dari hasil saluran pipa yang dibuatnya. Ia hanya membutuhkan kerja keras di awal saja.

Lalu bagaimana dengan kita? Apa kita lebih seperti Embro atau Pipo? Apa yang kita lakukan saat orang lain sedang bersantai-santai? Kita ikut bersantai-santai atau belajar dengan tekun? Jawaban ada pada diri kita! Silahkan jawab dan renungi!


By : Fay Syahla
Mencoba berdamai dengan sesuatu yang kita benci,
karena bisa jadi sebenarnya itu yang terbaik.
Bukan melupakan apa yang kita benci , karena melupakannya berarti membuang jauh hal itu, padahal mungkin kita membutuhkannya.
Bila ada hal yang kita cinta, maka cintailah ia semestinya.
Jika pun harus di benci , maka bencilah sewajarnya.
Takdir kadang lebih baik daripada logika.



By : dr. Hamdany

Minggu, 05 Oktober 2014

Tersenyumlah...karna hari tanpa senyum mu...hampa...
aku tersenyum walau berat
tertawa walau perih, ceria walau gundah
dan bahagia walau merana...
Karna aku yakin...semua kan indah jika qta mampu membuatnya menjadi indah...
              Keep Smile!!
Lupakan semua yang lalu...qta sambut yang baru jangan pernah kau ragu tuk maju....
Gapailah impianmu...
karna smua berawal dari mimpi...

Tangis...biarkan ia ada...
Memadu simpul tawa...
Kisah-kasih persahabatan kita...
Biarkan...cerita itu ada...
sembari kamu bisa...
slalu dalam ridho-Nya...
Bila masanya telah tiba aku kan slalu ada...
Qta untuk slamanya....


Qta pernah tertawa bersama...
menangis bersama dan mengukir kisah-kisah indah bersama...
Dan suatu saat, qta kan terpisah,
terpisahkan oleh ruang dan waktu...


Sahabat...
Kau slalu di hati ini...

" Biarlah kenangan menjadi bukti jika qta pernah bersama, mengukir memori indah dan tertawa bersama..."




Memory 10 Oktober 2013
By : Nchus..

Jumat, 03 Oktober 2014

Atqiya' Akhfiya's poem

We try to cleave leaves leafy
Dive to the base of ocean
Touch sound wave swishing in the nice beach
Always together until we get a belief
were ever we live
Allah always be there...control us
Because Allah always love His servants...
We walk together, spin some belief yarns
Chisel some history trees
Attack some happines stars
Make bum some heat condles
Because Allah has commanded us
And our prophet has said : " Please be Allah's servants, who...always love each other "
Allah...Your existence is everlasting forever your charity always cover Your servants
Please...please make us always in a friendship.
A friendship because of You, for You, and FOREVER for You....
Dunia itu seperti rumput,dan akhirat itu seperti padi
Jika kita menanam padi pasti akan tumbuh rumput di sekitarnya.Namun padi tidak akan tumbuh begitu saja kala kita menanam rumput.
Begitu pula jika kita beramal untuk akhirat, dunia pun akan terpenuhi. Namun apabila kita hanya sibuk dengan dunia maka akhirat akan terbengkalai. Padahal akhirat adalah kehidupan yanga sebenarnya sedangkan dunia adalah tempat singgah sementara...
Ibu adalah madrasah pertama bagi para putra-putrinya.Dan ayah adalah kepala madrasah yang harus menentukan visi-misi untuk madrasah tersebut
Jadilah seperti lilin yang menjadi penerang di tengah gulitanya malam....
Namun jangan menjadi seperti lilin yang menerangi sekitarnya tapi membakar dirinya sendiri....